Wednesday, June 8, 2016

MENGAPA?

Setetes hangat berwujud air mengalir disudut mata, mengenangmu kembali hati terasa hampa.

Ah, rasanya barulah beberapa waktu kita bersama. Memenuhi ruang ini dengan canda dan tawa, engkau petikkan tangkai-tangkai bunga agar kami semua rasakan senyum gembira, kita berlari menerobos padang sabana, meneriakkan cita-cita tertinggi pada dunia bahwa kita semua akan bergandengan tangan untuk menjadi sang juara.

Ah bulir-bulir itu semakin hangat membentuk selaput lalu menutup mata berkaca-kaca, tercekat, terpaku diam tak terkata tak percaya.

Jasadmu terlalu kaku untuk ditanya perihal mengapa?

Kau memilih berjalan sendiri setelah apa yang kita lewati bersama, kau hianati janji tentang mimpi menjadi sang juara, dan dikau tinggalkan kami semua dengan kejamnya dunia.

Tinggallah kami terseok diantara cita dan air mata, berdiri terhenti entah sedang berada di mana dengan jasad tanpa raga.

Mengapa?

Pulau Bunyu
Naser Muhammad

Saturday, June 4, 2016

ROMADHON

Romadhon kini tinggal menghitung hari,
izinkan diri memohon maaf atas dosa iri dan dengki,
yang terkadang merasuk dalam hati,
sebab itulah kelemahan diri.

Kutangkupkan di dada semua jemari,
ku ucapkan permohonan maaf sepenuh hati,
sudi kiranya maafkan diri ini,
agar tak ada hati yang tersakiti.

Sadar diri ini bahwa hidup tiada yang abadi,
bisa saja esok sudah tak bernyawa lagi,
maka sebelum itu terjadi,
terimalah permohonan maaf ini,

Hidup sementara sekali
romadhon kali ini belum tentu di jalani hingga usai
begitu banyak contoh telah terjadi
kita sekedar menunggu jatah absensi dari ilahi robbi.

Selamat menyambut romadhon tahun ini,
semoga Allah mengampuni,
seluruh dosa terang mau pun yang tersembunyi,
berharap romadhon kali ini berarti sehingga pahala pun ikut dituai.

GUBUK TUA

GUBUK TUA

Oleh : Naser Muhammad
puisi distikon
.

limbung tubuhmu doyong,
terhantuk angin selatan yang sombong.
.
atapmu yang dulu kokoh kini nampak bolong,
terbang bersama angin barat dia terpotong.
.
tak ada lagi kusen-kusen yang nampak simetris,
ia lelah menopang kesendiriannya miris.
.
seluruh sendinya nampak sangat letih dan sepi,
berjibaku melawan zaman yang datang silih bergati,
.
nampak tubuh kekar dari meranti,
tak lagi mampu menahan hujan dan mentari.
.
dalam pelukan belatara sepi, sendiri,
menunggu mati.

BuTa.10:40
05.05.2016
Gubuk Derita.

Wednesday, June 1, 2016

MEDSOS

-KEAJAIBAN MEDIA SOSIAL-

Salah satu 'keajaiban' media sosial adalah dimana seseorang bisa mencintai atau membenci orang lain tanpa harus bertemu muka dan berkenalan sekali pun.
.
Dan kita tak sadar, kebencian itu masuk kesela pori-pori kita. padahal nyatanya kebencian kita pun terkadang tak beralasan.
Bagaimana mungkin kita menjadi sangat naif? tidak kenal: bagaimana bisa membenci dan mencela.
Kita memasuki era dimana jari jemari lebih lihai berkomunikasi dari pada lisan itu sendiri. sehingga kita terjebak, dengan keasyikan mencaci.

Jika engkau suka memperhatikan orang lain, maka belajarlah juga memperhatikan perasaannya.

Sungguh bukan karena keyakinan akan agama yang membuat orang merasa benar sendiri dan suka mencela orang lain. Tapi justru kekurang yakinannya.
Naser Muhammad
04/05/2016 09:35
Bunyu Island

PASRAH

PASRAHKAN

hidup adalah perjuangan,
sudah menjadi kodrat Tuhan.
.
susah senang hadirnya bergantian,
setelah terik panas datanglah hujan.
.
bersabar saat datangnya ujian,
bersyukur disaat rezki berkelimpahan.
.
itulah ciri orang beriman,
disebutkan dalam Alqur'an.
.
Allah yang menciptakan,
Ia pula yang kuasa mematikan.
.
Allah yang menjalankan
lalu Allah pula yang hentikan.
.
yang kuasa telah menetapkan,
hamba hanyalah menjalankan.
.
jangan putus asa dari rahmat Tuhan,
agar hidup tak terasa sendirian,
.
di Dunia rasakan kesunyian,
di alam kubur pun didera kesepian.
.
pintalah kepada Tuhan.
agar diri dapat lalui ujian.
.
agar hidup membahagiakan
hingga akhir yang di tetapkan.
.
saat jasad di matikan
diri telah siap dengan amal andalan.

.
hasbunallah wani'mal wakil,
ni'mal mawla wani'man nasir

Naser Muhammad 11052016
Bunyu Island 11:40

SEMUA JADI PUISI

Jutaan kata terangkai menjadi satu dalam sanubari,
terangnya siang dan gelapnya malam tanpa mentari,
keindahan dan kepiluan datang silih berganti,
tak pernah beranjak mengisi hari-hari sampai nanti, sampai mati,
hingga tak lagi ada nafas tersisisa di raga ini,

Ceria dan dendam menyatu dalam harapan nisbi
ketakutan dan dendam berirama berintonasi
berjalan, berlari, terjungkal, terpelanting, terkolaborasi
teriakan hak asasi, terkorupsi, basi!

Si miskin dan Si kaya berdualitas di setiap sisi,
bak Si mentri sedang berebut kursi,
semua berlagak paling harus dikasihani
sekalikali terdengar caci maki merasa paling suci,

Geram dan tawa silih berganti tak terkendali
hiruk pikuk, riuh rendah, bersimbah darah terintimidasi
pembeda antara Sang melarat dan Sang berdasi
tak punya mimpi walau sesenti itu mati sebelum mati yang hakiki.

Bangkit, terjatuh bangkit lagi,
tak berhenti sebab kaki terkunci,
termarjinalkan, tersomasi,
tak perduli,
mimpi,
sangsi,
peduli,
semua jadi puisi.

Pulau Bunyu,
16.05.2016 8:36

TIDUS

tetesan air memercik
bersuara gemerisik
mengusik

ombak
bergolak menombak
debur bergulung congkak

lepas menebas cadas
terhampas lunas
ganas

gambaran hati pilu
dihantam sembilu
ngilu

17.05.2016
Naser Muhammad.