Setetes hangat berwujud air mengalir disudut mata, mengenangmu kembali hati terasa hampa.
Ah, rasanya barulah beberapa waktu kita bersama. Memenuhi ruang ini dengan canda dan tawa, engkau petikkan tangkai-tangkai bunga agar kami semua rasakan senyum gembira, kita berlari menerobos padang sabana, meneriakkan cita-cita tertinggi pada dunia bahwa kita semua akan bergandengan tangan untuk menjadi sang juara.
Ah bulir-bulir itu semakin hangat membentuk selaput lalu menutup mata berkaca-kaca, tercekat, terpaku diam tak terkata tak percaya.
Jasadmu terlalu kaku untuk ditanya perihal mengapa?
Kau memilih berjalan sendiri setelah apa yang kita lewati bersama, kau hianati janji tentang mimpi menjadi sang juara, dan dikau tinggalkan kami semua dengan kejamnya dunia.
Tinggallah kami terseok diantara cita dan air mata, berdiri terhenti entah sedang berada di mana dengan jasad tanpa raga.
Mengapa?
Pulau Bunyu
Naser Muhammad
No comments:
Post a Comment