Wednesday, June 1, 2016

SEMUA JADI PUISI

Jutaan kata terangkai menjadi satu dalam sanubari,
terangnya siang dan gelapnya malam tanpa mentari,
keindahan dan kepiluan datang silih berganti,
tak pernah beranjak mengisi hari-hari sampai nanti, sampai mati,
hingga tak lagi ada nafas tersisisa di raga ini,

Ceria dan dendam menyatu dalam harapan nisbi
ketakutan dan dendam berirama berintonasi
berjalan, berlari, terjungkal, terpelanting, terkolaborasi
teriakan hak asasi, terkorupsi, basi!

Si miskin dan Si kaya berdualitas di setiap sisi,
bak Si mentri sedang berebut kursi,
semua berlagak paling harus dikasihani
sekalikali terdengar caci maki merasa paling suci,

Geram dan tawa silih berganti tak terkendali
hiruk pikuk, riuh rendah, bersimbah darah terintimidasi
pembeda antara Sang melarat dan Sang berdasi
tak punya mimpi walau sesenti itu mati sebelum mati yang hakiki.

Bangkit, terjatuh bangkit lagi,
tak berhenti sebab kaki terkunci,
termarjinalkan, tersomasi,
tak perduli,
mimpi,
sangsi,
peduli,
semua jadi puisi.

Pulau Bunyu,
16.05.2016 8:36

6 comments: