ANDAI KU BISA
Oleh : Naser Muhammad
Oleh : Naser Muhammad
Dahulu kau yang ajari aku tentang bahagia,
Kau tersenyum tanpa beban dari kerasnya dunia,
Ingin rasanya ku seperti dirimu,
Hadapi dunia dengan riang tanpa sembilu.
.
Namun dua hari yang lalu,
Tepat pada pukul satu,
Ku dengar beritamu,
Tanpa rasa percaya, dan sedikit rasa ragu.
.
Seringai wajah riang dan senyum manis itu,
Terlihat jelas telah terkikis habis.
Sirna sudah lesung pipi yang dulu,
Diterjang badai derita yang mengiris.
.
Tatapan sendu,dari mata yang layu.
Kelopak mata itu tak mampu lagi menangis,
Lunas habis air mata itu, larut dalam pilu.
Lebam kelopak itu, menyisakan senyum yang pias.
.
Andai kubisa hentikan semua itu,
Takkan kubiarkan siapa pun merampas senyummu,
Ku ingin dengarkan kembali celoteh riangmu,
Namun apalah dayaku,
Tak kuasa diriku.
.
Mengembalikan nyawa seseorang yang kau cintai itu.
Kau tersenyum tanpa beban dari kerasnya dunia,
Ingin rasanya ku seperti dirimu,
Hadapi dunia dengan riang tanpa sembilu.
.
Namun dua hari yang lalu,
Tepat pada pukul satu,
Ku dengar beritamu,
Tanpa rasa percaya, dan sedikit rasa ragu.
.
Seringai wajah riang dan senyum manis itu,
Terlihat jelas telah terkikis habis.
Sirna sudah lesung pipi yang dulu,
Diterjang badai derita yang mengiris.
.
Tatapan sendu,dari mata yang layu.
Kelopak mata itu tak mampu lagi menangis,
Lunas habis air mata itu, larut dalam pilu.
Lebam kelopak itu, menyisakan senyum yang pias.
.
Andai kubisa hentikan semua itu,
Takkan kubiarkan siapa pun merampas senyummu,
Ku ingin dengarkan kembali celoteh riangmu,
Namun apalah dayaku,
Tak kuasa diriku.
.
Mengembalikan nyawa seseorang yang kau cintai itu.
#Bunyu Island
04/05/2016 04:18
04/05/2016 04:18
LAUT
Oleh :Naser Muhammad
Oleh :Naser Muhammad
Biru , Bergelombang, Berdesir, Luas, debur lebur tak berlumpur,
Keindahan alam menyatu menjadi satu melebur,
Keindahan alam menyatu menjadi satu melebur,
Riaknya berat bersuara serak berarak-arak lalu meledak,
Ombaknya beralun, mengayun, di kaki kaki halimun berteriak.
Ombaknya beralun, mengayun, di kaki kaki halimun berteriak.
Riuh rendah membuncah menengadah pada anugrah,
Menyerah pada kuasa ilah yang mencipta tanah,
Menyerah pada kuasa ilah yang mencipta tanah,
Meyelam mengeram tertanam hingga larut malam,
Seram, mengayam mimpi yang bungkam.
Seram, mengayam mimpi yang bungkam.
Hitam pekat melekat terikat pada kawat,
Tanpa sekat berserikat dengan syahwat,
Tanpa sekat berserikat dengan syahwat,
Semilir angin yang menerpa wajah yang durjana,
Meliuk liuk beterbangan dari sudut utara.
Meliuk liuk beterbangan dari sudut utara.
Biru hitam putih menyatu tak bertepi,
Di bibir-bibir pantai,
Di bibir-bibir pantai,
Ingatkan pada kekasih,
Yang tersisih.
Yang tersisih.
Yaa Ghofur,
Aku bersyukur.
Aku bersyukur.
Yaa Ghofur,
Telah lama diri ini kufur
Telah lama diri ini kufur
12.02.2016- 10:41 PM
Di tengah hempasan ombak menuju Kota Tarakan
Di tengah hempasan ombak menuju Kota Tarakan
ROMADHON TERAKHIR
Oleh:Naser Muhammad
Oleh:Naser Muhammad
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Sedang dusta masih warnai lisanku,
Pantaskah kiranya aku mengharap Syurga-Mu
Dalam munajat-munajat palsuku.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Sedang dosa-dosa ini masih membebani punggungku,
Berderai air mata ini untuk menghamba dalam tawadhu,
Namun,apalah daya nafsu pun kian kuat membelenggu.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Lalu utusan-Mudatang menghampiriku,
Menagih nafas pinjaman yang melekat di ragaku,
Sungguh takkan kuat hamba dihempas dalam Jahannam-Mu.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Sedang ajal datang tak menentu dan tak sudi menunggu,
Namun diri ini masih jua lalai dari-Mu
Lalu kebanggaan apa yang harus ku sembahkan pada-Mu?
.
Ya Allah, sudi kiranya Engkau ampuni diri ini.
Kusimpuhkan seluruh sendi-sendi tubuh ini,
Kutengadahkan wajah kotorku keatas Singgasana-Mu yang suci,
Satu harapanku pada-Mu Ya Robbi, jadikan romadhonku kali ini berarti
.
Bunyu,06.05.2016 11:03
Sedang dusta masih warnai lisanku,
Pantaskah kiranya aku mengharap Syurga-Mu
Dalam munajat-munajat palsuku.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Sedang dosa-dosa ini masih membebani punggungku,
Berderai air mata ini untuk menghamba dalam tawadhu,
Namun,apalah daya nafsu pun kian kuat membelenggu.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Lalu utusan-Mudatang menghampiriku,
Menagih nafas pinjaman yang melekat di ragaku,
Sungguh takkan kuat hamba dihempas dalam Jahannam-Mu.
.
Ya Allah, andai ini romadhon terakhirku.
Sedang ajal datang tak menentu dan tak sudi menunggu,
Namun diri ini masih jua lalai dari-Mu
Lalu kebanggaan apa yang harus ku sembahkan pada-Mu?
.
Ya Allah, sudi kiranya Engkau ampuni diri ini.
Kusimpuhkan seluruh sendi-sendi tubuh ini,
Kutengadahkan wajah kotorku keatas Singgasana-Mu yang suci,
Satu harapanku pada-Mu Ya Robbi, jadikan romadhonku kali ini berarti
.
Bunyu,06.05.2016 11:03
Mantap..menyentuh. jd terinspirasi berpuisi lg. 👍👍👍
ReplyDeleteNanti aku baca puisinya Mbak Na
ReplyDeleteTarakan, kota dengan biaya hidup tinggi?
ReplyDelete