Gerimis masih belum berhenti, saat kau memutuskan tuk pergi, meninggalkan seluruh janji tuk sehidup semati, meninggalkanku sendiri dengan sebongkah hati yang mati, kedua bola mata yang nanar dihantam sepi, hingga rongga dada yang dilanda sesak dan gemuruh benci membucah menjadi tangis tanpa suara sedari malam hingga menyapa pagi.
Engkau putuskan tuk pergi, tanpa ucapan yang dapat tenangkan hati, tak ada kejelasan kenapa ini terjadi, persis saat kau datang menawarkan cinta kini kaupun pergi menabur benci, menguap sudah semua janji-janji yang pernah disepakati bersama bayangmu yang menghilang tanpa kejelasan pasti.
Cinta yang dulu kau beri, kini tak lagi berarti, ia telah beranjak dari hati ini, bersama berlalunya musim semi, berguguran bersama petunia dihantar angin menuju timur bumi, mencari hati lain yang mungkin bisa ia sakiti, menghempasnya dalam sunyi lalu meninggalkannya pergi persis dengan yang telah kau buat atas diri ini.
Pernah tuk berharap lebih, bahwa dikau adalah mimpi, mimpi yang selama ini ku cari hingga ke penjuru bumi. Pernah ku berharap, kau adalah bahagiah, yang mampir menghampiri, tanpa susah payah mencari, hingga lunas nafas ini. Tapi, aku salah telah menitipkan hati ini. Kesalahan yang takkan kuulangi.
Musim telah berganti, meski sakit yang kau tanam belum seutuhnya pulih, perlahan kutata hati, menyongsong hangat mentari, secangkir kopi, menemani ku belajar tersenyum kembali.
Kamu yang pernah singgah di hati ini, ku ucapkan terimah kasih, sakit yang kau beri, telah membuatku belajar berati-hati memilih hati, hati bukan boneka barbie yang bisa kau mainkan sekehendak hati....
.
Naser Muhammad
25112016 Bunyu Island
No comments:
Post a Comment