Islam tidak pernah mengusik keberadaan pancasila sebagai dasar negara, bahkan dengan besar hati tokoh-tokoh agama Islam sangat rendah diri menerima pancasila sebagai dasar negara.
Islam seringkali menjadi muara bagi intoleransi yang kerap terjadi di negri ini. Padahal fakta sejaranya bahwa kemerdekaan NKRI tidak lepas dari Islam dengan kaum santrinya.
Islam digambarkan sebagai agama radikal, padahal berkali kali kekerasan dipertontonkan dan pelakunya kerap beragama non Islam.
Lalu sebutkan satu saja kasus di tanah nusantara ini yang pelaku pembantaiannya adalah umat Islam?
Islam memahami apa yang dinamakan multikultural dan religi kultural. Karenanya dalam Al qur'an, terdapat beberapa ayat yang mengajarkan hal semacam itu di antaranya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
di ayat lain Allah juga mengatakan,
وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Maka dalam Islam memberikan penghormatan bagi yang berbeda adalah hal yang disyariatkan.
FirmanNya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Umat Islam sesungguhnya dari awal sudah memahami perspektif Al Qur'an tentang ayat-ayat heterogenitas Kebangsaan. Dengan ayat inilah umat Islam dengan umat lainnnya. Akan tetap akrab dengan keberagaman, tanpa harus ada salam pancasila.
Salam dalam Islam, bukan sekedar alat basa-basi dalam perjumpaan.
Ucapan salam dalam Islam lebih dari hal semacam itu. Jauh dari kesan alat basa-basi, atau ekspresi kekraban belaka.
Islam agama yang sangat menjaga keutuhan dan persaudaraan, Islam adalah agama cinta.
Karenanya agama Islam mengatur bagaimana kehidupan bermasyarakat bahkan bertetangga.
Suatu kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Maukah kalian aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian saling mencintai? Para Shahabat berkata : “Tentu ya Rasulullah..” Sebarkanlah salam diantara kalian” (HR. Muslim no.54).
Salam adalah upaya untuk senantiasa menjaga hati dan perasaan. Upaya untuk saling mendoakan kebaikan pada sesama.
Betapa mulianya doa yang terkandung di dalamnya,
“Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu.”
Adakah salam yang lebih baik dari ini, adakah ungkapan kasih sayang yang lebih menenangkan perjumpaan daripada ini. Adakah sapaan ekpresi keakraban dan kesantunan sebagai sesama manusia yang lebih dalam maknanya dari ini.
Salam dalam Islam adalah adalah spirit untuk membangun hubungan positif dengan sesama. Sebuah sapaan yang menyadarkan kita bahwa keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, harus diejawantahkan secara bersama-sama.
Islam itu rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), tidak ada ruang dan celah dalam Islam kecuali Allah telah menambalnya dengan kebaikan-kebaikan. Begitu halnya salam sungguh kebaikan amat sangat banyak di sana.
Suatu kali Rasulullah ditanya,
أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Amalan Islam apa yang paling baik?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali.” (HR Bukhari)
Inilah sikap Islam yang sesungguhnya, bahwa sejak awal memang Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
Fakta bahwa salam bertalian erat dengan semangat untuk menebar kasih sayang kepada siapa saja dan apa saja adalah sabda Rasulullah yang menegaskan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Hai manusia sebarkan perdamaian (salam), berilah makan dan sambunglah silaturahim, dan shalatlah tatkala manusia sedang tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat (HR at-Tirmidzi)
Sebagaimana sifat Allah yang tak pernah membeda-bedakan kasih sayang-Nya bagi seluruh hamba maka Allah pun menggunakan salam untuk menyapa hambanya sebagai bentuk penghormatan dalam firmanNya tercatat dalam Surat Yasin ayat 58 disebutkan:
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ “
(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”
Bahkan salam sebagai ucapan selamat pun Tuhan ucapkan sebagai media penghormatan.
Ummat Islam sesungguhnya sangat paham dengan apa yang dinamakan persatuan dan kasih sayang. Sebab Islam memanglah dibangun diatas pondasi rahmatan lil alamin. Bahkan Rasulullah mengajarkan agar kebaikan apapun harus dibalas dengan kebaikan.
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ، وَمَنْ تَحَلَّى بَمَا لَمْ يُعْطَ، فَكَأَنَّمَا لَبِسَ ثَوْبَيْ زُوْرٍ
“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.”
(Shahih) Takhrijut Targhib (2/55), Ash Shahihah (617): [Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 87-Bab Maa Jaa-a fii Man Tasyabba’a bimaa Lam Yu’thihi].
Keberagaman hanya perlu dirawat karena perangkat-perangkatnya sudah dimiliki seluruhnya.
Sebagaimana kita memperlakukan sebuah tanaman yang baru bertumbuh. Seperti itulah seharusnya kita memperlakukan bangsa ini. Ditanam dengan doa. Dirawat dengan hati. Dipandang dengan bahagia, tanpa harus ada salam pancasila.
Naser Muhammad
No comments:
Post a Comment