Tuesday, March 17, 2020

MEMILIH JALAN SUNYI

Kebaikan tidak bisa diukur dengan pakaian yang dikenakan, seberapa banyak derma yang diberikan, pun seberapa banyak sahabat yang senantiasa menemani.

Paradigma tentang nilai kemanusiaan terus berubah seiring perjalanan waktu tanpa bisa dipungkiri.

Derma yang dilakukan secara bederang selalu saja menjadi ukuran kebaikan. Betapapun derma itu diiringi keangkuhan dan kecongkakan pelakunya.

Ketika derma hanya mengejar kemahsyuran dan popularitas, ketika ukuran kesuksesan hanya pantas menjadi milik mereka yang kerap kali hadir dengan sedekahnya di layar kaca.

Jauh di sudut bumi ini ada yang tak populer pun tak mahsyur, ketiadaan mereka tak dicari, keberadaan mereka tak dikenali. Mereka hidup dengan kesunyian tanpa sanjungan pun tepuk tangan kekaguman.

Betapa sulitnya mengambil jalan hidup yang mereka jalani, terpojokkan oleh kemewahan sanjungan dan ke-egoan.

Padahal dibandingkan dengan mereka, mungkin kita bukanlah siapa-siapa. Hidup banyak mengajarkan pada kita, bagaimana orang-orang baik nyatanya tidak kita kenal.

Mereka memilih jalan sunyi dengan beragam kebaikan dan amal soleh yang mereka lakukan bukan karena tidak bisa terkenal, tapi mereka memang memilih untuk tidak dikenal.

Diantara mereka ada yang jauh lebih baik dari kita, lebih khusyu, lebih soleh, lebih tawaddhu bahkan lebih dicintai oleh Allah.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.”

Para penempuh jalan sunyi ini adalah orang-orang yang benar-benar siap dengan perlakuan berbeda dalam hal apa saja.

Jalan sunyi yang mereka jalani adalah, jalan panjang yang senyap dari hiruk pikuk popularitas kegembiraan dunia. Mereka adalah kumpulan orang-orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri.

Baginya memberi manfaat tak harus dengan menampakkan seluruh amalan di hadapan manusia.

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”

Begitulah para penikmat jalan sunyi itu beramal dalam diam, Ayub As Sikhtiyaniy contohnya Ia pura-pura mengusap wajahnya, lalu ia katakan, “Aku mungkin sedang pilek berat.” Tetapi sebenarnya ia tidak pilek, namun ia hanya ingin menyembunyikan tangisannya.

Adalah ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,

إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ

“Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.”

Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, barulah tersingkap kebenarannya. Saat mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. Ali bin Al Husain menikmati kematiannya dalam jalan sunyi penduduk madinah.

Ali bin Al husain satu diantara mereka yang mengambil jalan sunyi dalam memberi kebermanfaatan lewat jalan sedekah. 

Jalan sunyi itu dia ambil sebab dia paham betul jaji Allah bahwa salah satu di antara golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah,

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.”

Abdul Qodir Al kailani mengistilahkan jalan sunyi ini dengan ungkapan *"As Shumtu Sindan"* Yakni diamnya rayap.

Bagaimana rayap bekerja dalam sepi namun mampu membangun rumah yang jau lebih besar dari ukuran tubuhnya, hening tanpa suara, bumi pun tuli dari kerjanya.

Jalan sunyi inilah yang dipilih para pelaku kebajikan di masa salaf Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang  tersembunyikan maka lakukanlah !” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2313)

Karena mereka telah terbiasa dalam kesunyian amal, sebagaimana kita terbiasa dalam kesunyian dosa.

Hingga Salamah bin Dinar berkata :

اُكْتُمْ مِنْ حَسَنَاتِكَ كَمَا تَكْتُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكَ

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu”.

Nunukan, 07 Maret 2020
Naser Muhammad

No comments:

Post a Comment