Tuesday, September 27, 2022

 Allah tabaraka wa ta'ala berfirman dalam surat assyams ayat 7 sampai 10

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ - ٧


فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ - ٨


قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ - ٩


وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ - ١٠

(7) Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,

(8) Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

(9) Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),

(10) Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Ayat-ayat yang mulia ini mendidik kita untuk memperhatikan jiwa kita, terutama pada zaman kebanyakan orang lebih memperhatikan fisik daripada jiwa. lebih memperhatikan kesucian, kebersihan fisik daripada kesucian dan kebersihan jiwa, lebih banyak memperhatikan keindahan fisik daripada keindahan jiwa.

Coba Kita Renungkan banyaknya jenis sabun sabun untuk badan berbeda dengan sabun untuk wajah belum ditambah dengan sabun untuk kepala dengan merek yang berbeda-beda Begitu juga dengan pasta gigi semua itu diperuntukkan untuk kebersihan dan keindahan secara fisik.

Mari Kita Renungkan jika perangkat itu seluruhnya diperuntukkan untuk fisik, Lalu bagaimana dengan perhatian kita terhadap jiwa kita. Bagaimana perhatian kita terhadap kebersihan jiwa kita.

Ayat yang mulia ini mendidik kita untuk lebih memperhatikan jiwa kita Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu beliau meriwayatkan Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

Allah menilai hatimu dan amalmu inilah yang dinilai oleh Allah, sementara Kebanyakan orang lebih memperhatikan penilaian sesama manusia, semewah apa pakaianmu, semahal apa kendaraanmu, semewah apa rumahmu. itu yang dinilai pada sesama manusia jika kita secara umum meperhatikan, kita seringkali lebih bahagiah dengan penilaian sesama manusia dibandingkan penilaian Allah.

Sesungguhnya hati dan amalan itu Itulah yang dinilai oleh Allah, Sejauh mana hatimu suci, sejauh mana hatimu kuat, sejauh mana hatimu indah. itu yang dinilai oleh Allah dan yang kedua adalah penilaian Allah tentang amal-amal mu أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Tentang penyakit hati Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surat al-baqarah ayat 10

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, Siapa mereka itu mereka itu adalah orang munafik lalu ditambah Allah penyakitnya, Kenapa mereka ditambah kan penyakit karena mereka tidak tidak berusaha untuk sembuh dari penyakit yang mereka Derita, mereka tidak berusaha untuk mensucikan hati mereka karena itu Allah menambahkan penyakit dalam hati mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Disini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan salah satu dari penyakit hati adalah dusta, dusta merupakan salah satu penyakit hati yang ancamannya adalah siksa yang sangat Pedih.

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Ini menunjukkan bahwa, jika sekiranya mereka jujur maka niscaya akan mengangkat penyakit dari dada mereka, tetapi justru dia Berlaku tidak jujur, mereka berdusta, mereka menipu Allah. mereka tidak jujur jika di dalam hati mereka ada penyakit, ketidakjujuran itulah yang membuat penyakit itu semakin bertambah.

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah

Dusta itu kegelisahan, dusta itu menggelisahkan jiwa. karenanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”

No comments:

Post a Comment