Tuesday, September 6, 2016

MEMBACA PINTU KEJAYAAN YANG TERABAIKAN Part 3

Oleh Naser Muhammad
#SarapanKataKMO03
.
Segala sesuatu butuh penjelasan atau paling rendahnya sebuah alasan, mengapa mengerjakan sesuatu. Begitupun membaca, Membaca tentunya bukan hanya sekedar sesuatu yang dikerjakan dengan dasar agar kita kelihatan sedikit intelek dan terpelajar. Namun lebih dari itu, membaca adalah pintu kejayaan sebuah bangsa dan terlepasnya seseorang dari mata rantai kebodohan.

Membudayakan membaca memang bukanlah sesuatu yang mudah apalagi menjadikannya sebagai sesuatu yang sifatnya rutinitas. Membaca layaknya obat bagi orang yang sedang sakit mereka paham bahwa obat itu bisa meringankan penyakitnya namun ia lebih memilih menghindarinya daripada meminumnya.

Membaca membawa seseorang kepada satu perasaan dimana seseorang akan merasakan betapa sebenarnya kita adalah insan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan, wawasan dan referensi yang selama ini kita ketahui. Ternyata hanyalah secuil dari khasanah yang tersebar di alam semesta.

Imam As-Syafii mengatakan "bahwa semakin banyak yang aku tahu maka semakin bertambah pula kebodohanku". Semakin banyak yang dipelajari, maka semakin jelaslah pulalah apa yang tidak diketahui. Kata-kata ini sangat filosofis, dan memiliki kedalaman makna. Namun terkadang banyak pula yang merasa nyaman dalam kebodohan, bahkan bukan hanya sekedar nyaman. Sebagian dari mereka justru malah mempertontonkan kebodohannya kepada khalayak setelah sebelumnya dibangga-bangakan.

Pikiran butuh gizi, dan gizi bagi pikiran adalah bacaan berkualitas. bagaimana bisa menyiapkan generasi intelek yang siap bersaing dikancah dunia jika kemudian hanya sekedar melawan rasa malas membaca saja generasi ini sudah kelabakan.

Menurut data dari The Organisation for Economic Co-operation and development (OECD), budaya membaca masyarakat Indonesia berada diperingkat terendah di antara 52 negara di Asia. UNESCO melaporkan pada 2012 kemampuan membaca anak-anak Eropa dalam setahun rata-rata menghabiskan 25 buku, sedangkan Indonesia mencapai titik terendah : 0 persen! Tepatnya 0,001 persen. Artinya, dari 1000 anak Indonesia hanya satu anak yang mampu menghabiskan satu buku dalam setahun.

Lagi-lagi semoga angka ini jauh dari betul, namun jika iya maka bumi pertiwi tempat kita berpijak ini sebentar lagi diambil alih. Ini persoalan yang kompleks, sama sekali tidak bisa dianggap persoalan biasa sebab hal-hal yang menyangkut generasi maka hal itu terkait erat dengan masa depan bangsa.

Seringkali saya teringat dengan kata-kata seorang Hypnotherapist kondang bernama Romy Rafael dia mengatakan bahwa satu buku mungkin kurang ada imbasnya, tetapi Anda bisa merasakan manfaatnya setelah membaca tiga sampai lima buku. Hal itu perlahan-lahan akan ikut menentukan cara pandang, sistematika berpikir, dan pengetahuan Anda.
.
BERSAMBUNG 👉
Baca juga MEMBACA PINTU KEJAYAAN YANG TERABAIKAN Part 4 http://nasermuhammad.blogspot.com/2016/09/membaca-pintu-kejayaan-yang-terabaikan_45.html
.
#1000penulismuda
#KMOIndonesia
08.09.2016 Bunyu Island

No comments:

Post a Comment