Tuesday, March 17, 2020

PERINTAH ALLAH ITU BAIK

Allah itu baik, dan tidak memerintahkan kecuali yang baik. Karenanya yakinlah hal itu baik karena Allah perintahkan, dan hal itu diperintahkan karena hal itu pasti baik.

Apapun perintah Allah, kewajiban kita adalah tunduk pada perintahNya. Selain karena status kita adalah hamba, lebih dari pada itu Allah yang paling mengetahui kebutuhan kita.

Olehnya, Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa setiap ibadah pasti ada hikmahnya, entah itu kita tahu atau pun tidak.

وإن من شىء إلا عنده بمقدار

“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)

Segala macam perintah yang Allah anjurkan tentu ada hikmahnya, demikian pula yang Allah larang. Inilah yang menjadi keyakinan pada madzhab para fuqoha kaum muslimin, di berbagai penjuru negeri.

Ketika manusia patuh dan taat terhadap syariat Allah, maka hidupnya pasti terarahkan pada jalan kebahagian. Sebaliknya, ketika cenderung berhukum dengan selain yang diturunkan Allah, maka pasti berujung kepada dampak buruk yang tidak sedikit, baik di dunia maupun akhirat. Sementara di akhirat jelas akan mengantar pelaku kepada siksaan yang berulang kali telah diingatkan dalam Al-Qur’an.

Dalam Islam, sangat dipahami bahwa salah satu bagian dari upaya memurnikan tauhid kepada Allah adalah wajib berpedoman kepada hukum yang telah ditetapkan Allah.

وَأَنِ ٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ وَٱحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَنۢ بَعْضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ لَفَٰسِقُونَ

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

Akibat buruk dari melalaikan perintah Allah sangatlah fatal. bukan hanya berakibat pada diri pribadi, ia bisa saja memberi akibat pada orang disekitar.

Bagaimana hari ini bisa kita saksikan bagaimana corona menghantui dunia. Kini, virus corona sudah menyebar hampir ke seantero dunia. Untuk menangkal penyebaran virus tersebut, beberapa kota di dunia bahkan sampai diisolasi. 

Penyakit itu tentu tidak datang tiba-tiba, ada hukum kausalitas bekerja disana bahwa sebab selalu berakibat.

Dugaan bahwa makanan adalah merupakan penyebab utamanya. Maka kita pun seharusnya mulai berfikir bahwa, mungkin inilah salah satu hikmah mengapa Allah mengatur hal terkecil dalam kehidupan ini, walau hanya masalah makan.

Akibat dari melalaikan aturan Allah. Tentang apa yang baik, dan tidak baik dikonsumsi. Menjadi akibat buruk bukan hanya pada pelakunya, tapi juga pada orang disekitarnya.

Corona virus yang diduga berasal dari akibat mengkonsumsi hewan liar, bukan hanya menginveksi pengkonsumsinya namun berakibat juga pada orang disekitarnya bagaimana tidak virus yang diduga pertama kali berasal dari wuhan, telah menginveksi beberapa negara termasuk Indonesia bahkan jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia bertambah menjadi 117 kasus hingga hari Minggu (15/3/2020). 

Dalam Qur’an, kita mendapati berbagai kisah hikmah mengenai berupa-rupa bangsa yang mengalami kehancuran karena mendustakan peringatan Allah. Contohnya adalah Kaumnya Musa, Nuh, ‘Ad, Tsamud.

Aturan Allah sangat jelas terkait dengan makanan,

(يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu".

Kata thayyib seringkali dinisbahkan kepada makanan yang disertai dengan kata halal. Misalnya perintah Allah agar makan rizki yang halal lagi thayyib yang disebutkan dalam Al-Maidah: 88,

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Atau pada qur'an surah Al-Anfal: 69,

فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Atau dalam qur'an surah n-Nahl: 114 dimana Allah berfirman,


فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

Mengapa demikian, karena makanan yang halal belum tentu thayyib (baik) bagi tubuh. Olehnya Allah menggunakan frasa Thayyib sebagai ungkapan yang mewakili bahwa makanan bukan hanya halal zatnya, tapi sumbernya juga harus halal. Bukan hanya mengenyangkan ia juga baik bagi tubuh, berkualitas dan bermanfaat.

Karenanya Label thayyib dalam Al-Qur’an tidak hanya dinisbatkan kepada jenis makanan, tetapi dinisbatkan juga pada kepada keturunan (dzurriyyah) thayyibah, kalimat thayyibah, pohon (syajarah) thayyibah, tempat-tempat (masâkina) thayyibah, negeri (baldah) thayyibah, penghargaan (tahiyyatan) thayyibah, hembusan angin (rih) thayyibah. Semua kata yang diberi frasa thayyibah adalah berkualitas baik dalam memberi manfaat.

Salah satu contoh adalah udang dia adalah makanan bukan hanya nikmat ia juga halal, tapi bagi mereka yang memiliki kolestrol tentu tidak thayyib bagi tubuh mereka.

Jika yang halal saja belum tentu tayyib bagi tubuh apatah lagi jika memang sumbernya berasal dari sumber yang habits atau tidak bersih bahkan haram dikonsumsi.

Inilah salah satu keunggulan Islam bila dibandingkan dengan agama lain. Wajar jika kemudian rasulullah mengatakan,

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َاْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” HR. Ad-Daruquthni (III/ 181 no. 3564)

Sesungguhnya banyak yang menyadari keadaan ini, namun karena kedengkian seringkali menutup mata dari kebenaran walau sedemikian terang dihadapan. 

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dari dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah: 109]

Andai setiap orang menjalankan perintah Allah yang mulia tanpa mengabaikan perintahnya maka niscaya tidak ada yang didapatkan dari pelaksanaanya kecuali kebaikan.

Corona hanya sedikit dari sekian banyak tentara Allah yang mengingatkan pada kita akan kelalaian-kelalaian pada perintah Allah. Yang jika kita tidak sadari secepatnya akan mengancam bahkan membinasakan kita semua.

Hanya pada Allah kita bergantung, berlindung dan memohon ampun. Kita pun pada akhirnya hanya bisa mengucapkan,
قدر الله وما شاء فعل 

 “Ini takdir Allāh, dan apa yang Dia kehendaki, itulah yang Dia lakukan.”

Tidak ada seorang pun yang dapat merubah ketentuan yang telah Allah tetapkan, pun tak ada yang dapat mengurangi sesuatu dari apa yang telah menjadi ketentuan-Nya.

Apa yang Allah tetapkan tidak bisa ditambah pun tak bisa dikurangi selamanya. Ini adalah perkara yang telah ditetapkan-Nya dan telah selesai penentuannya. Pena telah terangkat dan lembaran telah kering.

Namun yang pasti, Allah itu baik dan tidak menghendaki kecuali pasti kebaikan. Jika corona adalah ujian maka yakinlah bahwa Allah itu,

لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)

Naser Muhammad

No comments:

Post a Comment