Tuesday, March 17, 2020

SEDEKAH YANG MENGURANGI PAHALA

Pada umumnya sedekah seharusnya menambah pahala, memberi nilai tambah bagi amalan yang telah dilakukan seorang hamba.

Lalu mengapa ada sedekah yang justru mengurangi pahala, sedekah apa kiranya yang bisa melakukan itu? Itulah ghibah.

Apa itu ghibah,

 « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ».

“Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.”

Berangkat dari perasaan lebih baik dari orang lain, atau perasaan iri dengan apa yang dimiliki orang lain, bisa menimbulkan benih ghibah.

Karena itu, seharusnya menyibukan diri dengan memperbaiki keadaan diri adalah jalan terhormat, yang seharusnya menjadi sebuah upaya maksimal.

Menyibukan diri dengan keadaan orang lain, terkadang membuat kita lupa akan kekurangan diri yang jauh lebih buruk.

Ada pepatah mahsyur yang mengatakan "gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan nampak sangat terang".

Pepatah ini sesungguhnya berangkat dari perkataan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dimana ia berkata,

يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” 

Karenanya, sebagai upaya untuk tidak bermudah-mudahan dalam meletakkan perasangka buruk pada orang lain, adalah merendahkan diri dengan berperasangka baik pada sesama. 

'Abdullah Al Muzani mengatakan,

إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك.

“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan, “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal sholih dariku, maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan, “Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.”

Dalam kondisi yang demikian, sebetulnya kebaikan dari musuh terkadang justru lebih banyak kita dapat, dari pada yang datang dari sahabat sendiri.

Karenanya Al Imam Fudhail Bin Iyadh berkata,

"حسناتك من عدوك أكثر منها من صديقك؛ لأن عدوك إذا ذكرت عنده اغتابك، وإنما يدفع إليك المسكين من حسناته"

"Kebaikan-kebaikan yang berasal dari musuhmu lebih banyak, jika dibanding kebaikan yang kamu dapat dari sahabat dekatmu. Sebab, jika namamu disebut oleh musuhmu dia pasti menggunjingmu. Itu artinya musuhmu dengan sukarela memberikan kepadamu kebaikan-kebaikannya". (Abu bakar Al-Dinawari, al-mujalasah wa Jawahir Al-ilmi, 4/196).

Jika ingin sekali memberikan pahala pada orang, maka berikanlah pahala itu pada orang tuamu karena mereka lebih layak.

Karenanya saat ada orang yang menggunjing di majelis Abdullah bin Mubarok, Beliau langsung menegur orang tersebut dengan mengatakan, 

إن أردتم أن تغتابوا اغتابوا أبويكم لئلا يرد أجر عملكم إلى الأجنبي بل إليهما

"Jika kalian ingin menggunjing seseorang gunjinglah ayah ibumu agar pahala amal shalih kalian tidak diberikan kepada orang lain namun diberikan kepada ortuamu sendiri". (Mawa'izh ash-Shalihin wa ash-Shalihat hlm 62).

Tetapi yang terbaik adalah, 

طُوبَى لِمَنْ شَغُلَ عَيْبُهُ مِنْ عُيُوْبِ النّاسِ.

“Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat mengurus aib orang lain.” 

Naser Muhammad

No comments:

Post a Comment