Nampaknya ketulusan adalah muaranya, mengapa dengan segala keterbatasan fasilitas yang mereka miliki di zamanya. Tapi kemudian mampu melampaui karya orang-orang hari ini.
Sebutlah Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, siapa yang tak mengenal beliau dengan karya besarnya. Beliau bahkan digelari amirul mukminin fil hadits.
Khususnya di kalangan pelajar dan akademisi Islam yang bersentuhan langsung dengan ilmu hadits, hampir tidak ada yang tidak mengenal beliau dengan kitab "Shahih"nya, sebuah kitab paling sahih di muka bumi setelah Al Qur'an.
Atau siapa yang tak kenal dengan Al Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah adz-Dzahabi al-Fariqi, yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Adz-Dzahabi atau Al-Dhahabi, seorang Ulama dari Maula Bani Tamim dengan seluruh karya-karya besarnya.
Terkadang kita bertanya apa gerangan yang memotivasi mereka sehingga bisa memberi karya besar dengan keterbatasan fasilitas di zamannya.
Karenanya sekecil apapun karya mereka dizamannya sungguh tidak bisa di samakan dengan karya siapapun hari ini.
Satu kitab yang ditulis oleh ulama pada zamannya, sungguh tidak setara dengan satu buku yang kita tulis hari ini.
Namun siapa sangka, ternyata motivasi yang menggerakkan mereka bermula dari hal yang kecil hingga sanggup melahirkan mahakarya yang dikenang sejarah.
Motivasi mereka terkadang lahir dari sebuah kalimat sederhana namun sangat menghujam kuat ke dalam relung hati mereka.
Imam Bukhari misalnya, syahdan diriwayatkan, saat berada di majelis Imam Ishaq bin Rahawaih, Imam Bukhari mendengar beliau berkata:
"لو ان احدكم يجمع كتابا فيما صح من سنة الرسول"
"Andai ada salah seorang diantara kalian yang mau menyusun sebuah kitab yang berisi sunnah-sunnah Rasulullah yang sahih...". Kalimat ringan. Namun bekasnya kuat dalam diri Imam Bukhari. Dan karenanya, lahirlah darinya sebuah karya monumental yang memiliki wibawa di mata umat. (Ibnu Hajar, Hadyu Al Sari, hlm. 9).
Begitu juga dengan Al Hafidz Al Dzahabi. Di balik kesuksesannya menjadi Imam Al Jarh wa Al Ta'dil, Hadits, dan ahli sejarah yang sulit dicari tandingannya, terselip kalimat sederhana dari lisan gurunya, Al Imam Al Barzali kala menyaksikan tulisan tangan Al Dzahabi:
ان خطك هذا يشبه خط المحدثين
"Sungguh, tulisanmu ini sangat menyerupai tulisan Ahli Hadits".
Imam Al Dzahabi pun berkata: "Sejak saat itu, Allah Ta'ala menanamkan kecintaan dalam diriku terhadap ilmu hadits". (Al Dzahabi, Siyar A'lam Al Nubala', 1/35).
Kalimat ringan nan sederhana itulah yang kemudian memberi efeknya luar biasa bagi Imam Adzahabi hingga beliau memiliki sekitar 100 karya tulis yang kita nikmati hingga hari ini.
Yah sekali lagi bahwa ketulusan adalah muaranya, mengapa pekerjaan kecil menjadi nampak besar karena niat yang melatarinya, memang besar. Karena tidak ada kebesaran yang melampaui niat untuk agama Allah.
Mungkin itulah dasar yang kemudian Imam Ibnul Mubarak berkata:
رب عمل صغير تكبره النية ورب عمل كثير تصغره النية
"Boleh jadi, sebuah amalan kecil menjadi besar (di sisi Allah) karena niat, dan bisa saja sebuah amalan besar menjadi kecil (di sisi Allah) karena niat pula. (Al Dzahabi, Siyar A'lam Al Nubala, 8/400).
Naser Muhammad
No comments:
Post a Comment