Friday, June 21, 2024

SEBAB SEBAB DATANGNYA REZKI


1. Taqwa at thalaq 3-4


وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.


وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ


Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.


2. Tawakkal at talaq 3 tawakkalnya burung


 ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا


Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.


لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا


“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”  (HR. Tirmidzi no. 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).


3.  Solat Thaha 132


وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ


Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.


4.  Istighfar 

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا


Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,


يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا


Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,


وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا


Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.


5.  infaq


قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ ۚ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ


Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.


عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:«قَالَ اللهُ: أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ».


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,"Allah berfirman, 'Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu'."


6.  Usaha

وَهُزِّىٓ إِلَيْكِ بِجِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ تُسَٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا


Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,


Produktif

ونقلبهم ذات اليمين وذات الشمال

PRIORITASKAN IBADAH

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).


Ayat ini menerangkan kepada kita tentang alasan mengapa kita semua diciptakan, bukan untuk bermain main, bercanda canda atau bahkan bersuka ria.


Allah menegaskan sejak awal apa yang menjadi tujuan dasar kita semua diciptakan Allah, yaitu ibadah dan penghambaan.


Karenanya mutlak setiap kita mesti memasang niat untuk memastikan bahwa setiap aktifitas kita mesti bernilai ibadah.


Bahkan memastikan bahwa setiap detik yang kita lewati harus diisi oleh ibadah yang produktif, Allah mengatakan dalam firmannya yang mulia,


فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ﴿٧﴾ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ


Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap [al-Insyirah/94:7-8]


Tidak ada waktu untuk kita beristirahat, karena dunia ini bukan tempat beristirahat tapi tempat beramal.


Kalaupun istirahat itu dibutuhkan, maka hendaknya istirahatpun mesti bernilai ibadah di sisi Allah, sebagaimana istirahtnya nabi ketika letih beliau bersabda kepada bilal,


يَا بِلَالُ ! أَرِحْنـــَا بِالصَّلَاة


“Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan salat” (HR. Ahmad no. 23088 dan Abu Dawud no. 4985. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 7892).


Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Merupakan hak Allâh atas hamba-Nya di setiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban ubudiyah yang ia persembahkan kepada Allâh dan untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Jika seorang hamba mengisi waktunya dengan ibadah yang wajib ia lakukan, maka ia akan maju menuju Allâh. Sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu, bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur. Seorang hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ


(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur [ al-Mudattsir/74:37]



مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ


Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. 


مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami  berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh  balasan di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hûd/11: 15-16]


 ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.


Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”


يَا ابْنَ آدَمَ ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِـيْ أَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنًـى وَأَسُدُّ فَقْرَكَ ، وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ


‘Wahai anak Adam! Curahkanlah (gunakanlah) waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.’”


Jangan tertipu dengan mereka yang tidak beribadah tetapi dihamparkan dunia kepadanya, karena begitulah cara Allah menyenangkan orang orang kafir agar semakin jauh kesesatan mereka..


ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ


Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya) [Al-Hijr/15:3]


وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ ٱلْأَنْعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ


Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.


وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَٰرُ


Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.


Karenanya nabi menasehatkan kepada para sahabat dan juga menjadi nasehat bagi kita semua dengan sabdanya,


 فَوَاللَّهِ لا الفَقْرَ أَخْشَى علَيْكُم، ولَكِنْ أَخَشَى علَيْكُم أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا وتُهْلِكَكُمْ كما أَهْلَكَتْهُمْ. رواه البخارى


Demi Allah bukan kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian tetapi aku khawatir jika dunia (kekayaan) dibentangkan (diluaskan) atas kalian sebagaimana yang pernah dihamparkan atas orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian berlomba-lomba memperoleh kekayaan itu. Seperti yang mereka lakukan dan akhirnya kekayaan itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka” (HR al-Bukhari).

Tuesday, September 27, 2022

 Allah tabaraka wa ta'ala berfirman dalam surat assyams ayat 7 sampai 10

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ - ٧


فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ - ٨


قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ - ٩


وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ - ١٠

(7) Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,

(8) Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

(9) Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),

(10) Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Ayat-ayat yang mulia ini mendidik kita untuk memperhatikan jiwa kita, terutama pada zaman kebanyakan orang lebih memperhatikan fisik daripada jiwa. lebih memperhatikan kesucian, kebersihan fisik daripada kesucian dan kebersihan jiwa, lebih banyak memperhatikan keindahan fisik daripada keindahan jiwa.

Coba Kita Renungkan banyaknya jenis sabun sabun untuk badan berbeda dengan sabun untuk wajah belum ditambah dengan sabun untuk kepala dengan merek yang berbeda-beda Begitu juga dengan pasta gigi semua itu diperuntukkan untuk kebersihan dan keindahan secara fisik.

Mari Kita Renungkan jika perangkat itu seluruhnya diperuntukkan untuk fisik, Lalu bagaimana dengan perhatian kita terhadap jiwa kita. Bagaimana perhatian kita terhadap kebersihan jiwa kita.

Ayat yang mulia ini mendidik kita untuk lebih memperhatikan jiwa kita Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu beliau meriwayatkan Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

Allah menilai hatimu dan amalmu inilah yang dinilai oleh Allah, sementara Kebanyakan orang lebih memperhatikan penilaian sesama manusia, semewah apa pakaianmu, semahal apa kendaraanmu, semewah apa rumahmu. itu yang dinilai pada sesama manusia jika kita secara umum meperhatikan, kita seringkali lebih bahagiah dengan penilaian sesama manusia dibandingkan penilaian Allah.

Sesungguhnya hati dan amalan itu Itulah yang dinilai oleh Allah, Sejauh mana hatimu suci, sejauh mana hatimu kuat, sejauh mana hatimu indah. itu yang dinilai oleh Allah dan yang kedua adalah penilaian Allah tentang amal-amal mu أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Tentang penyakit hati Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surat al-baqarah ayat 10

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, Siapa mereka itu mereka itu adalah orang munafik lalu ditambah Allah penyakitnya, Kenapa mereka ditambah kan penyakit karena mereka tidak tidak berusaha untuk sembuh dari penyakit yang mereka Derita, mereka tidak berusaha untuk mensucikan hati mereka karena itu Allah menambahkan penyakit dalam hati mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Disini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan salah satu dari penyakit hati adalah dusta, dusta merupakan salah satu penyakit hati yang ancamannya adalah siksa yang sangat Pedih.

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Ini menunjukkan bahwa, jika sekiranya mereka jujur maka niscaya akan mengangkat penyakit dari dada mereka, tetapi justru dia Berlaku tidak jujur, mereka berdusta, mereka menipu Allah. mereka tidak jujur jika di dalam hati mereka ada penyakit, ketidakjujuran itulah yang membuat penyakit itu semakin bertambah.

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah

Dusta itu kegelisahan, dusta itu menggelisahkan jiwa. karenanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”

Wednesday, September 21, 2022

"SEORANG MUSLIM ITU BERSAUDARA"

        Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita semua dalam kondisi sehat wal afiat, salam dan Shalawat Semoga selalu dan senantiasa Tercurah kepada junjungan kita Nabi Allah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

    Pada kesempatan yang mulia ini kita akan mencoba mentadaburi satu buah hadis dari Rasulullah yang juga akan mengawali tema pertemuan kita kali ini dengan tema yaitu "SEORANG MUSLIM ITU BERSAUDARA" Nabi sallallahu alaihi wasalam bersabda,

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا »وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ« بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ} صحيح مسلم (4/ {(1986

“Muslim yang satu dalah bersaudara dengan muslim yang lainnya. Maka tidak boleh saling menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya seraya mengucapkannya tiga kali). Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim 4/1986 no. 2564)

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengawali sabda beliau dengan ungkapan الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ini menunjukkan bahwa seorang muslim dengan Muslim lainnya adalah saudara karenanya seorang muslim mesti memposisikan seorang Muslim lainnya sebagaimana dia memposisikan saudaranya.

Bagaimana seharusnya seorang saudara bersikap terhadap saudaranya yang lain, jika kita memiliki saudara, niscaya kita akan memperlakukan mereka dengan perlakuan yang terbaik kita akan melayani mereka dengan pelayanan yang sempurna, bahkan kita akan merasakan sakit yang mereka Derita. karena seperti itulah seharusnya jika kita bersaudara.

Jika kita memperlakukan saudara kita sebagaimana yang kita sebutkan tadi, maka kita pun seharusnya memperlakukan saudara sesama Muslim kita, sebagaimana yang kita lakukan pada saudara kita sedarah. Nabi bersabda dalam sebuah hadits,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585)
Karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan hadisnya di atas dengan ungkapan لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ Maka tidak boleh saling menyakiti, saling merendahkan, ataupun saling menghina. Sebab seperti itulah seharusnya seseorang yang bersaudara.

Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala di manapun berada,

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam kemudian melanjutkan hadisnya yang mulia dengan ungkapan التَّقْوَى هَاهُنَا pelajaran kedua» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan hal itu sembari menunjuk dadanya ungkapan ini Rasulullah sampai mengulangnya sebanyak Tiga kali.

Apa faedah yang dapat kita ambil sebagai sebuah pelajaran dari hadits yang mulia ini yang pertama bahwa, Taqwa itu meletakkan di hati karenanya kita dilarang untuk saling menyakiti menghina dan juga merendahkan, karena bisa jadi orang yang kita rendahkan ternyata adalah orang yang lebih mulia disisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan lebih bertakwa hatinya dibanding kita yang merendahkannya.

Hal ini juga menunjukkan bahwa menilai seseorang Bukanlah menilainya lewat pandangan fisik Semata, karena bisa jadi begitu banyak kebaikan yang tidak nampak oleh mata kita tetapi terabaikan karena kebencian kita dan pandangan mata kita yang tidak adil saat menilai baik dan buruk seseorang. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surah al-hujurat ayat 11
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Ayat Mulia ini sesungguhnya mengisyaratkan kepada kita semua bahwa kita sesungguhnya terhormat selama kita ingin berupaya belajar untuk terus menghormati orang lain, orang yang menghina orang yang mengolok orang yang merendahkan sesungguhnya lebih hina dan rendah daripada orang yang diolok karena perbuatan mengolok-olok adalah perbuatan hina.

Karenanya, betapa banyak orang yang di rendahkan, ternyata lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena ternyata dia lebih bertakwa hatinya, karenanya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surah al-hujurat ayat 13,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Karenanya, menilai seseorang dari bentuk fisik dan juga dari sisi luar adalah merupakan kesalahan awal yang menggelincirkan seseorang pada penilaian yang tidak objektif sehingga memposisikan orang lain dalam penilaian yang tidak adil. dan ini adalah penilaian yang sangat dilarang oleh Allah subhanahu wa ta'ala, {وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا} "Dan jangan sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil." {اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى} "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”(Al-Maidah: 8)

Pelajaran kedua yang dapat kita petik dari ungkapan التَّقْوَى هَاهُنَا Taqwa Itu Disini ya ini di dalam hati, bahwasanya orang yang senantiasa memiliki kecenderungan untuk merendahkan orang lain menghina orang lain menyusahkan orang lain, menandakan bahwa taqwanya sedang berada di luar hatinya, dengan kata lain orang yang suka mendzolimi taqwanya sedang tercabut dari hatinya. Sebab orang yang memiliki taqwa di dalam hatinya, tentu dia akan memperlakukan saudaranya, apatah lagi sesama muslim nya dengan cara yang terbaik karena Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengatakan,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi).

Bagaimana cara mencintai diri sendiri, tentu kita tidak suka untuk dizolimi, karenanya kita pun tidak diperkenankan untuk mendzolimi orang lain. kita sebagaimana orang lain tidak suka dihina karenanya perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. apapun yang kita tidak sukai Jangan lakukan itu pada orang lain karena tentu orang lain juga tidak menginginkannya.

Lalu mengapa pula Nabi Mengatakan bahwa mereka itu tidak beriman, karena ciri orang muslim yang benar imannya itu kata Rasullah dalam hadisnya adalah,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”

Karenanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan hadisnya yang mulia di atas hadis yang sedang kita bahas ini dengan ungkapan بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ sungguh seseorang itu sudah dianggap sangat jahat Jika dia sampai melontarkan kata-kata yang merendahkan dan menghina orang lain.

Olehnya, suatu kali Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ditanya tentang siapa orang yang terbaik diantara kita, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan,

إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

Hadits Mulia ini mengisyaratkan betapa lisan adalah merupakan salah satu sebab yang bisa menentukan surga dan neraka seseorang karena itu isyarat dari hadits Mulia ini untuk senantiasa menjaga lisan agar tidak tergelincir pada dosa menjauhkan kita dari surga nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam di hadistnya yang mulia juga beliau memberi garansi kepada siapa yang mampu untuk mengendalikan lisannya dengan surga Allah yang mulia. di mana beliau bersabda,
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”.

Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
Kembali kita melanjutkan Hadits di atas, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam kemudian mengatakan كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ setiap muslim atas muslim yang lainnya haram darahnya untuk ditumpahkan dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, haram hartanya untuk diambil dan dikuasai dengan jalan yang tidak dibenarkan agama, dan yang ke tiga haram kehormatannya untuk dihina, direndahkan, dilecehkan dan perbuatan hina lainnya yang berpotensi melukai hati saudara kita sesama muslim.

Oleh sebab itu, Dalam ajaran agama Islam ada lima tujuan pokok hukum Islam yang harus dijaga keberlangsungannya oleh umat Islam. “Kelimanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,”

Pertama, yaitu memelihara agama (hifdzud diin). Pengertiannya, umat Islam berkewajiban menjaga agamanya dengan baik. Esensinya yakni menjaga rukun Islam yang lima mulai dari syahadat, menjalankan shalat lima waktu, membayar zakat, menjalankan ibadah puasa, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.

Kedua, yaitu memelihara jiwa (hifdzun nafs). Umat Islam berkewajiban untuk menjaga diri sendiri dan orang lain. Sehingga tidak saling melukai atau melakukan pembunuhan antar sesama manusia. Intinya, jiwa manusia harus selalu dihormati. Manusia diharapkan saling menyayangi dan berbagi kasih sayang dalam bingkai ajaran agama Islam serta yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, memelihara keturunan atau hifdzun nasl. “Umat Islam berkewajiban untuk menjaga keturunan yang jelas nasabnya. Oleh karena itu Islam mengharamkan adanya praktek perzinahan,” karena perzinahan itu adalah kedzoliman yang nyata kepada sesama.

Keempat yaitu, hifdzul maal. Umat Islam diharuskan untuk memelihara hartanya melalui usaha yang halal. Sehingga tidak menzalimi orang lain dengan cara mengambil harta orang lain tanpa hak, agar harta harta yang diperolehnya menjadi berkah dalam kehidupannya dan mendapat ridho dari Allah SWT. juga menjaga harta orang lain

Yang terakhir, yakni memelihara akal atau hifdzul aql. Umat Islam diharuskan menjaga akal yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diwajibkan untuk mencari ilmu dan pengetahuan untuk mendapatkan wawasan yang cukup sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan sehingga tidak dengan mudah menyakiti meredahkan menghinakan orang lain.

Kesemuanya ini merupakan langkah yang sangat efektif untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia, agar setiap manusia mendapat hak yang setara apapun suku bangsanya, karena telah dibingkai dengan hukum Islam yang mulia dan hukum-hukum dan syariat-syariat yang juga sempurna.

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ

“Kebenaran itu datang dari Rabb mu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah : 147)

Oleh. Naser Muhammad El Moenawar

Friday, April 17, 2020

UMMUL MUKMININ AISYAH ISTRI RASULULLAH


Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan lantunan nyanyian yang menceritakan salah satu istri Rasulullah ummul mukminin Aisyah.

Tentu kita sangat bersyukur, jika ada yang demikian menyanjung beliau. Tentunya hal itu karena kecintaan mereka terhadap ummul mukminin Aisyah.

Namun apakah menyanjung saja sudah cukup, tentu tidak. menyanjung memang penting, namun ada hal lain yang lebih indah dari cerita kehidupannya yaitu adalah Adabnya sebagai seorang istri, serta bagaimana Allah menjaga kehormatannya.

Penyanjungan sampai kapanpun takkan berbuah pahala, sampai engkau meneladani sosoknya.

Aisyah adalah wanita suci yang Allah abadikan dalam Al qur'an bahkan menjadi sebab turunnya surah An nur.

Aisyah adalah wanita yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))

Setidaknya, ada sembilan hal yang yang ada padanya yang tidak dimiliki oleh wanita lain dimana Aisyah berkata : 

“Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilahirkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengan ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398))

Aisyah adalah pembelajar sejati, wanita penuntut ilmu. Beliau tercatat termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, bahkan syair-syair Arab.

Bunda Aisyah tercatat telah meriwayatkan sebanyak 1.210 hadits yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. 

Karenanya, Aisyah adalah rujukan para sahabat tatkala mereka mendapatkan permasalahan yang rumit.

Kecintaan Rasulullah atas Aisyah tak ada bandingannya dengan istri selainnya. Suatu kali Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))

Karenanya ummu salamah pun pernah ditegur oleh nabi perihal Aisyah,

يَا أُمَّ سَلَمَةَ لاَ تُؤْذِينِى فِى عَائِشَةَ ، فَإِنَّهُ وَاللَّهِ مَا نَزَلَ عَلَىَّ الْوَحْىُ وَأَنَا فِى لِحَافِ امْرَأَةٍ مِنْكُنَّ غَيْرِهَا

‘Wahai Ummu Salamah, jangan engkau menyakiti aku lantaran ‘Aisyah karena sesungguhnya–demi Allah–tidak pernah turun kepadaku wahyu sedang aku berada di selimut seorang istriku di antara kamu, kecuali dia (Aisyah).” (HR. Bukhari, no. 3775)

Ujian dan tempaan Aisyah menjadi sosok istri yang sangat dicintai Nabi memang sangat tidak mudah. Rumah tangganya dengan Nabi bukan tidak ada masalah.

Suatu kali Aisyah dituduh berzina, ujian yang sangat berat dia harus tanggung, justru saat ia tengah sakit. Aisyah sakit selama sebulan dan Rasulullah tak menjenguknya.

Aisyah keheranan sebab tak biasanya Rasulullah melakukan itu, hingga pada akhirnya sampai jugalah kabar tentang tuduhan itu ketelinganya.

Satu bulan penuh tak jumpa dalam kondisi sakit, tak ada yang menghiburnya, Aisyah menangis dalam kesepian tanpa Rasulullah.

Tetiba Rasulullah datang dan duduk disampingnya, lalu mengatakan sebuah perkataan yang sangat berat di dada Aisyah.

"Wahai Aisyah jika engkau benar melakukannya, maka bertaubatlah kepada Allah". Betapa berat perkataan ini bagi Aisyah.

Ketika Rasulullah mengatakan hal itu, mengeringlah airmatanya mendengarkan perkataan itu. Seakan akan Rasulullah membenarkan tuduhan itu atas dirinya sebagaimana yang lainnya.

Maka Aisyah pun mengatakan, "seandinya saja saya berkata tidak, maka kalian pasti tak mempercayaiku".

Tak ada yang bisa kukatakan hari ini kecuali apa yang ya'kub katakan,

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ

"Maka kesabaran itulah yang terbaik bagiku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan".

Setelah mengatakan itu, ia pun menyelimuti dirinya lalu menangis sejadi-jadinya.

Pada saat itulah kemudian turun wahyu pada Rasulullah, mengabarkan sekaligus membersihkan namanya dari tuduhan yang sangat keji. Detik-detik turunya 9 ayat diawal-awal surah An nur.

Gelombang ujian besar ini beliau lewati, dengan penuh keimanan. Ujian berat yang sangat sulit dilewati telah ia hadapi dengan ketulusan iman. Hal inilah yang harusnya menjadi teladan para wanita muslimah yang mengaku mencintainya.

*Naser Muhammad

BAHAYA CORONA BAGI KEMANUSIAAN


Seorang musisi baru saja meninggal dunia, menjadi headline dimana mana, sedang puluhan dokter mengalami nasib yang sama, meninggal dalam kondisi perang dengan alat seadanya, tapi sepi dari berita.

Beberapa berita yang lebih menyakitkan dari kematian mereka adalah, penolakan jasad para pahlawan ini tak ada yang sudi menerima. Beberapa bahkan diusir dari tempat tinggalnya.

Keadaan ini sungguh miris, karena corona bukan hanya membunuh manusia, ia juga mulai membunuh kemanusiaan. Bahaya kematian manusia akibat corona tak lebih menghawatirkan, daripada matinya kemanusiaan akibat corona.

Negri ini bukan hanya sedang berada diambang krisis moniter, ia juga berada di gerbang krisis moral dan kemanusiaan.

Krisis ini sangat berbahaya, karena dari semua krisis yang ada mulai dari Krisis Energi, Krisis Lingkungan, Krisis Pangan sampai kepada Krisis Ekonomi, hanya Krisis Kemanusiaan saja yang paling bisa menjadi asbab keruntuhan peradaban manusia.

Krisis kemanusiaan melahirkan sikap destruktif, dimana seseorang berani melakukan sebuah kejahatan yang terang, lalu menganggapnya biasa.

Krisis kemanusiaan adalah problem yang harus cepat diatasi sebab jika ini berlanjut maka ia akan melahirkan manusia-manusia mati rasa.

Negara harus secepatnya hadir mengambil langkah kongkrit, untuk meretas persoalan ini bukan sekedar menghimbau agar tidak panik. Tapi justru negara seringkali menjadi muara kepanikan, dengan kebijakan yang minim solusi.

Umat Islam juga dengan dengan keagungan agamanya mesti menggunakan pesan-pesan langit sebagai alat untuk menumbuhkan kembali sisi kemanusian di negri ini yang perlahan berada di gerbang kematian.

Krisis kemanusiaan ini sangt perlu diatasi oleh ajaran Islam sebagai agama yang paling mengenal kemanusiaan. Jika tidak, maka perlahan kita akan lihat bahwa ada satu masa dimana tidak ada lagi gunanya pesan-pesan ukhuwah.

*Naser Muhammad

MENGAPA ALLAH JAUHKAN DARI MASJID?


Ini pertanyaan mendasar yang seharusnya kita tanyakan pada diri kita masing-masing, untuk menemukan jawabannya.

Apa gerangan yang terjadi, sehingga Allah menjauhkan kita dari masjid. Justru di saat-saat kita sedang membutuhkan masjid.

Ramadhan sebentar lagi tiba dan hampir seluruh aktifitas ramadhan kita habiskan setiap saat di masjid. Mulai dari buka puasa, shalat lail tilawah sampai i'tikaf semua sentralnya adalah masjid.

Ramadhan tanpa masjid, tentu akan berbeda kondisinya dengan ramadhan sebelumnya. kehawatiran akan kondisi ini pasti, apalagi bagi para pecinta masjid yang telah terpaut hatinya dengn rumah Allah. Pasti sangat merasakan hal yang sangat ganjil.

Masjid adalah rumah Allah, mengapa Allah enggan menerima kita lagi sebagai tamunya? Jika Allah masih berkenaan, lalu mengapa hari ini kita terbelenggu di rumah, sebagaimana syaitan dibelenggu di ramadhan? Tentu ada hal yang salah yang perlu kita cari, agar hal ini segera berakhir. 

Jika ini terjadi karena dosa maka mari kita memohon ampun pada Allah,

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.

"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membuka tanganNya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat”

Jika ini adalah ujian maka bersabarlah,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah ada suatu yang menimpa seorang muslim dari kelelahan, sakit, kesedihan, kegundahan, bahkan tusukan duri sekali pun, kecuali akan menjadi penghapus dosa baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

*Naser Muhammad